Lagu Anak-Anak Semakin Kurang ”Greget”

Dewasa ini kita hampir tidak pernah mendengar lagu anak Indonesia, baik itu dari televisi, radio, atau bahkan dari mulut mungil anak-anak sendiri, kecuali mereka yang sedang belajar di tingkat Taman Kanak-Kanak atau Playgroup. Itupun masih tergolong lagu-lagu di era 1980 sampai 1990an. Bahkan kebanyakan dari anak-anak justru lebih hafal dengan lagu-lagu orang dewasa yang isinya tidak sesuai dengan usia mereka. Justru dari lagu orang dewasa tersebut bisa meracuni pikiran mereka karena belum siap untuk menerima lirik-lirik yang terkandung dalam lagu tersebut.
Kalau kita tengok ke belakang sekitar tahun 1980 sampai 1990an, betapa bahagianya anak-anak Indonesia waktu itu. Karena pada masa itu lagu anak sangat mudah dijumpai di acara-acara televisi maupun di dengar di acara-acara radio. Dengan berbagai macam lagu yang selalu fresh atau tidak monoton. Penyanyi-penyanyi cilik juga sering muncul dalam lagu-lagu tersebut, seperti Joshua, Tasya, Sherina, Trio Kwek-Kwek, dan lain-lain. Namun di era sekarang, sungguh memprihatinkan nasib lagu-lagu anak, realita yang kita lihat sekarang hampir seluruh stasiun televisi tidak menyediakan ruang untuk acara lagu-lagu anak, justru mereka berebut menayangkan lagu-lagu orang dewasa yang sebetulnya ini bisa berdampak tidak baik pada perkembangan mental anak.
Pengamat musik Ben Leo menilai, musik anak-anak tidak diberi ruang di Industri Musik Tanah Air, sehingga perkembangannya dalam beberapa tahun terakhir terhambat (Media Info, 2010). Sebetulnya ada beberapa dari stasiun televisi swasta nasional yang mengadakan ajang pencarian bakat penyanyi cilik, namun dalam penayangannya calon penyanyi cilik tersebut tidak menyanyikan lagu anak melainkan lagu orang dewasa.
Di era modern seperti sekarang ini, lagu anak-anak lebih banyak mengutamakan unsur menghibur daripada edukasi. Jadi, walaupun ada lagu anak-anak tetapi makna dari lagu tersebut belum dapat memberikan unsur mendidik kepada anak-anak. Membuat lagu anak-anak memang bukan pekerjaan mudah. Perlu kecerdasan dan keterampilan untuk menyampaikan pesan-pesan luhur dalam bahasa anak-anak. Makanya, tidak setiap pencipta lagu bisa menciptakan lagu anak-anak yang baik. Ketika dipaksakan, akhirnya muncullah lagu anak-anak “sampah” yang tidak jelas arahnya (kalbar.us, 2010).
Agaknya, ini yang harus menjadi pertimbangan kita. Meski Indonesia kebanjiran penyanyi lagu anak-anak, tapi kita kekurangan materi lagu anak-anak. Di masa pertumbuhan mereka, yang seharusnya mengadopsi kata-kata yang berkaitan dengan dunia anak-anak, justru mereka disuguhkan dengan kosa kata orang dewasa. Mereka dihidangkan secara terang-terangan tentang lagu cinta. Anak-anak Indonesia menyanyikan lagu yang tidak sesuai dengan usia mereka (Ria Febrina, 2010).
Lagu anak di era modern sekarang ini juga hanya menonjolkan unsur menghibur saja, unsur mendidiknya masih kurang. Tidak seperti pada era 1980an, dalam materi lagu yang dimuat sangat jelas lirik-lirik yang mendidik, seperti lagu yang berjudul Pelangi-Pelangi, dalam lagu tersebut sudah jelas sang pencipta ingin memperkenalkan keagungan Tuhan melalui adanya pelangi. Jadi, semakin tahun lagu anak-anak semakin kurang “greget” dalam segi materi lagunya.
Sebagai pemerhati anak, Seto Mulyadi yang akrab disapa Kak Seto mengungkapkan rasa keprihatihatinannya terhadap lagu-lagu anak yang dinilainya hampir punah. "Memang sangat memperihatinkan, karena sepertinya lagu anak tidak mendapatkan dukungan dari banyak pihak, baik itu dari pemerintah, dari media atau mungkin masyarakat sendiri. Jadi, harus ada suatu kesadaran bahwa anak-anak sangat mendambakan adanya lagu-lagu anak yang positif" (Vivanews.com, 2010).
Bagi masyarakat awam memang seolah-olah menganggap bahwa anak-anak mereka yang menyanyi lagu-lagu orang dewasa merupakan suatu “prestasi” karena anak mereka sudah pandai menyanyai, padahal itu merupakan bumereka bagi mereka. Dikatakan bumeran karena dari lagu-lagu orang dewasa tersebut bisa meracuni pikiran anak-anak karena anak-anak belum siap menerima lirik-lirik lagu tersebut, sehingga akan timbul ucapan-ucapan yang belum pantas diucapkan oleh seorang anak.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUBUNGAN PROBLEMATIKA PERIKANAN DAN KELAUTAN INDONESIA DENGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PESISIR

Facebook Teman Berbagi Budaya Khatulistiwa