HUBUNGAN PROBLEMATIKA PERIKANAN DAN KELAUTAN INDONESIA DENGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PESISIR
Sudah sejak dahulu Indonesia
Indonesia dikenal sebagai negara maritim karena bentang alamnya yang sebagian
besar berupa lautan. Negara ini secara geografis terletak pada 6°LU - 11°08'LS dan dari 95°'BT - 141°45'BT serta terletak di
antara dua benua
yaitu benua Asia
dan benua Australia.
Negara yang juga dikenal sebagai negara kepulauan ini memilki luas 7,7 juta km2
yang terdiri dari lautan sekitar 5,8 juta km2 (75%) dan daratan
sekitar 1,9 juta km2 (25%) dan memiliki garis pantai sepanjang
95.181 km yang menjadikan Indonesia sebagai negara dengan garis pantai terpanjang
di dunia. Dikatakan sebagai negara kepulauan karena Indonesia memiliki begitu
banyak pulau, yakni mencapai sekitar 17.480 pulau yang tersebar dari ujung
barat hingga ujung timur Indonesia. Dengan kondisi dan posisi yang demikian,
sudah sejak dahulu Indonesia dikenal sebagai wilayah yang sangat strategis
(geostrategis), kaya beragam sumber daya alam (geoekonomis), serta berperan
penting dalam kehidupan bermasyarakat antar-pulau Nusantara dan bahkan dengan
bangsa-bangsa lainnya (geopolitis).
Sebagai negara yang
memiliki wilayah lautan lebih luas daripada daratan sudah dipastikan negara
Indonesia memiliki banyak sumber daya alam yang tersebar di penjuru nusantara,
baik itu di daratan dan lautan. Di daratan sendiri telah kita ketahui berbagai
potensi alam Indonesia yang dapat memberi kontribusi ekonomi bagi negara ini.
Tidak hanya di daratan, di lautan Indonesia pun tidak kalah banyaknya
potensi-potensi yang dapat dihasilkan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Begitu banyak laut
Indonesia yang sangat berpotensi apabila negara ini manfaatkan, namun memanfaatkan
dengan cara yang bijaksana. Hampir di setiap daerah di Indonesia memiliki laut
yang begitu mempesona, dan dari laut itu sebagai urat nadi kehidupan masyarakat
Indonesia yang bermukim di pesisir pantai, yakni bermatapencaharian sebagai
nelayan. Tidak sedikit laut Indonesia yang sekarang dapat mengangkat nama
Indonesia di mata Indonesia, diantaranya laut yang ada di Bali karena ombaknya
yang ramah, yakni tepatnya di pantai Kuta dan Sanur. Namun tidak hanya itu,
masih banyak sekali laut Indonesia yang sangat indah apabila kita jeli dalam
menyeledikinya.
Selain indah karena
pesonanya, laut Indonesia menyimpan begitu banyak hasil laut yang ada di
dalamnya. Diantaranya ikan, laut dan perairan Indonesia begitu kaya dengan
hasil perikanan. Dengan potensi sumber daya kelautan ini Tuhan telah memberikan
modal ekonomi (economic capital) yang
begitu besar bagi Indonesia yang berguna untuk membangun masa depan Indonesia.
Berdasarkan data KKP
(Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2010) dan sumber data yang lainnya,
potensi dan kekayaan laut Nusantara adalah ikan. Potensi lestari sumber daya
ikan tangkap di lautan Indonesia diperkirakan mencapai 6,26 juta ton/tahun.
Terdiri dari 4,4 juta ton di perairan laut Nusantara, dan 1,86 juta ton di
perairan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif). Potensi sumber daya ikan tangkap itu
apabila dikelompokkan berdasarkan jenis ikan, terdiri dari pelagis besar yang
tercatat sebanyak 1,16 ton, pelagis kecil (seperti ikan kembung) 3,6 ton dan
demersal (ikan yang hidup di dasar perairan) 1,36 juta ton, udang penaeid 0,094
juta ton, lobster 0,004 juta ton, cumi-cumi 0,028 juta ton, dan ikan karang
konsumsi 0,14 ton.
Lautan Indonesia
menyimpan begitu banyak potensi yang dapat dikembangkan. Apabila Indonesia
dapat mengembangkan secara bijaksana bisa dipastikan sektor ini dapat
menyumbang pendapatan negara yang dapat dikatakan tinggi. Sektor perikanan
sendiri diperkirakan telah berkontribusi pada pendapatan negara sebesar US$ 82
miliar per tahun, sektor ini meliputi potensi perikanan tangkap sebesar US$
15,1 miliar per tahun, potensi budidaya laut sebesar US$ 46,7 miliar per tahun,
potensi perairan umum sebesar US$ 1,1 miliar per tahun, potensi budidaya tambak
sebesar US$ 10 miliar per tahun, potensi budidaya air tawar sebesar US$ 5,2
miliar per tahun, dan potensi bioteknologi kelautan sebesar US$ 4 miliar per
tahun.
Dengan begitu
potensinya sumber kekayaan perikanan dan kelautan, sudah selayaknya Indonesia
dapat mengoptimalkan sumber daya ini untuk pendapatan negara. Namun dalam
pengelolaannya harus dengan tindakan yang bijak agar keberlangsungsan sumber
daya ini tetap lestari, karena bangsa yang bermartabat adalah bangsa yang
melestarikan alamnya.
Masyarakat Indonesia
sebagai Masyarakat Bahari
Indonesia selama ini
juga dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduknya
bermatapencaharian di sektor pertanian, karena Indonesia juga merupakan salah
satu negara penghasil hasil pertanian terbesar di dunia. Namun dengan keadaan
seperti ini, tidak serta merta negara Indonesia mengenyampingkan mata
pencaharian yang lain, diantaranya profesi nelayan. Sebagai profesi yang diturunkan
oleh nenek moyang bangsa, nelayan sangat berjasa pada negara ini, diantaranya
sebagai produsen atau penghasil hasil laut yang menjadi salah satu komoditi
utama ekspor negara Indonesia. Indonesia memang telah dikenal sebagai negara
penghasil ikan segar oleh negara-negara di Asia.
Masyarakat yang
bermukim di pesisir laut ini sangat menjunjung tinggi nilai kebersamaan dengan
yang lain. Ini dibuktikan dengan kegiatan gotong royong dalam membuat sebuah
kapal yang digunakan untuk melaut mencari ikan. Hubungan ini sangat dijaga oleh
masyarakat setempat karena mereka menyadari bahwa bekerja sebagai nelayan itu
pasti membutuhkan bantuan orang lain, dalam hal ini tetangga terdekat.
Di dalam keharmonisan
kehidupan masyarakat pesisir tersebut, tersimpan sebuah ironi kehidupan yang
muncul ke permukaan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kehidupan masyarakat yang
telah berkontribusi banyak terhadap pendapatan negara ini justru jauh dari apa
yang telah mereka sumbangkan ke negara, sebagian besar m`syarakat pesisir
berada pada garis kemiskinan. Banyak dari masyarakat ini yang masih
menggantungkan hidupnya pada profesi utama, yaitu nelayan. Padahal dari profesi
ini pendapatan yang mereka dapatkan masih relatif sedikit dan belum mampu
menutupi kebutuhan hidup yang selama ini menghimpit mereka. Kemiskinan ini
dibuktikan dari hasil analisis beberapa lembaga yang mengungkapkan
tingkat kemiskinan atau Poverty Headcount Index (PHI) rata-rata masyarakat
pesisir sebesar 0,3241. Bisa diambil kesimpulan bahwa masih ada sekitar 32%
dari total masyarakat pesisir yang masuk kategori miskin. Hal ini juga telah
dikemukakan oleh Presiden Republik Indonesia ketika membuka Konferensi dan
Pameran Nasional Penyelamatan Hutan Pantai dan Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat Pesisir di Auditorium Manggala Wanabakti, Kementerian Kehutanan
bahwasanya Kemiskinan di wilayah pesisir, di komunitas nelayan, tergolong masih
tinggi.
Kemiskinan masyarakat pesisir
sejatinya sudah menjadi rahasia umum di negara ini. Kemiskinan yang terjadi
seolah-olah sudah menjadi kemiskinan yang bersifat structural. Sebagian besar
masyarakat pesisir diperkirakan masih belum terpenuhi kebutuhan hidupnya,
seperti pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan infrastruktur. Akibat
dari faktor-faktor ini masih cukup banyak anak dari nelayan miskin yang ikut
terjebak dari rantai kemiskinan seperti yang dialami orang tuanya.
Kondisi demikian sungguh ironi dengan
kehidupan masyarakat bukan nelayan yang sebagian besar telah memenuhi standar
hidupnya sebagai sesama sebagai warga negara Indonesia. Di tengah
kemegahan dan gemerlapkan kekayaan alam yang dimiliki Indonesia namun masih ada
masyarakat yang belum terangkat kehidupannya. Besarnya potensi kelautan
Indonesia seharusnya dapat memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan
masyarakat Indonesia, terutama masyarakat pesisir sebagai aktor utama dalam hal
ini.
Fenomena seperti ini
merupakan bukti bahwa pemerataan ekonomi di Indonesia masih belum dinyatakan
berhasil. Hal ini dapat dilihat dari fasilitas yang ada di masyarakat nelayan
masih jauh dari kata bagus. Sebagai contoh, dalam mencari ikan sebagian besar
mereka masih menggunakan kapal tradisional yang berukuran kecil dan itu untuk
beberapa orang. Bisa kita bayangkan berapa pendapatan tiap nelayan apabila
melaut beberapa hari dengan kapal ukuran demikian dan terdiri dari beberapa
orang.
Problematika
Perikanan dan Kelautan Indonesia
Kondisi perikanan dan
kelautan Indonesia yang sangat mempesona dan melimpah ini memang sudah diakui
oleh bangsa-bangsa lain. Indonesia merupakan salah satu negara perairan laut
daerah bersama Indo-Pasifik, Filipina, dan New Guenia yang memiliki
keanekaragaman biota terkaya di dunia, diperkirakan kurang lebih 4.000 jenis
ikan hidup di perairan Indonesia, dimana 10% diantaranya hidup di perairan
tawar dan payau, selebihan sebesar 90% hidup di perairan laut.
Sudah selayaknya bangsa
Indonesia dapat berbangga diri memiliki kekayaan yang telah diberikan Tuhan
Yang Maha Kuasa ini. Namun dengan keberlimpahan ini dan sebagai sumber daya ini
merupakan barang publik atau milik bersama, kita tidak boleh lengah dan
seenaknya sendiri dalam mengelola sumber daya ini, karena dibalik keberlimpahan
ini sumber daya perikanan dan kelautan memiliki keterbatasan dalam
ketersediaan, yakni kelestarian dan keberlangsungannya di masa yang akan
datang.
Gordon menyatakan bahwa
sumber daya ikan pada umumnya bersfiat open
acces. Tidak seperti sumber daya lainnya, seperti pertanian dan peternakan
yang sifat kepemilikannya jelas, sumber daya ikan relatif bersifat terbuka.
Siapa saja bisa berpartisipasi tanpa harus memiliki sumbre daya tersebut.
Disamping kemegahan
kalautan Indonesia yang menyimpan beribu potensi untuk bangsa ini, masih banyak
masalah yang harus diperhatikan oleh pemerintah Indonesia. Masalah ini tidak
hanya muncul dari dalam negeri sendiri, tetapi juga dikhawatirkan datang dari
negara tetangga. Masalah-masalah yang muncul ke permukaan dan menjadi isu
hangat di berbagai media Indonesia akhir-akhir ini telah banyak menyita
perhatian masyarakat Indonesia.
Banyak sekali
masalah-masalah perikanan dan kelautan yang harus ditangani secara serius oleh
pemerintah Indonesia sekarang ini, berikut adalah beberapa masalah-masalah
utama perikanan dan kelautan Indonesia :
- Kerusakan terumbu karang
Terumbu karang adalah
sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. Terumbu karang termasuk
dalam jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel.Fungsi terumbu karang adalah sebagai tempat tinggal serta tempat berkembang
biak dan mencari makan ribuan jenis ikan, hewan, dan tumbuhan laut. Terumbu
karang juga merupakan pelindung ekosistem pantai karena akan menahan dan
memecah energi gelombang sehingga mencegah terjadinya abrasi dan kerusakan di
sekitarnya. Hewan ini termasuk jenis hasil laut yang sangat diburu oleh
manusia, karena hewan ini memiliki
manfaat yang sangat besar dan beragam, baik itu secara ekologi sebagai
hiasan maupun secara ekonomi sebagai komoditi perdagangan.
Dengan besarnya manfaat
yang ada pada terumbu karang, maka timbullah tindakan-tindakan manusia yang
tidak bertanggung jawab yang menyebabkan ekosistem terumbu karang terancam
bahkan hilang. Berbagai aktivitas
manusia yang dapat menyebabkan rusaknya ekosistem terumbu karang, diantaranya membuang
sampah
ke laut dan pantai yang dapat mencemari air laut.
Tindakan ini sudah menjadi rahasia umum apabila kita membuang sampah maupun
limbah ke laut pastinya akan berdampak langsung pada ekosistem yang ada di
laut, salah satunya terumbu karang. Terumbu karang sendiri merupakan ekosistem
yang sangat sensitive terhadap berbagai bentuk gangguan, baik karena penurunan
kualitas air laut ataupun gangguan yang berasal dari intervensi manusia bahkan
sentuhan tangan pun dapat menyebabkan terumbu karang rusak, terlebih gangguan
sampah dan limbah yang merupakan penghancur bagi kehidupan terumbu karang. Selain pembuangan sampah dan limbah ke laut,
tindakan yang dapat menghancurkan terumbu karang adalah menangkap ikan di laut
dengan menggunakan bom, listrik, atau racun sianida. Tindakan seperti ini
sangat mematikan terumbu karang.
Kondisi terumbu karang
Indonesia sekarang ini sudah dalam kategori memprihatikan seiring semakin
gencarnya tindakan masyarakat yang tidak bertanggungjawab terhadap
kelangsungsan hidup terumbu karang. Kerusakan terumbu karang yang cukup besar
terjadi di kawasan Indonesia timur dan tengah yang merupakan ekosistem terbesar
terumbu karang Indonesia di wilayah tersebut.
- Overfishing
Selain terumbu karang,
potensi laut yang memiliki nilai tinggi adalah ikan. Ikan memiliki banyak
kandungan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia, diantaranya adalah yang
paling dikenal adalah kandungan Omega 3 yang berguna untuk proses perkembangan
otak pada janin dan penting untuk perkembangan fungsi syaraf dan penglihatan
bayi. Dari tingginya nilai guna ikan ini, banyak masyarakat Indonesia yang
berburu untuk mendapatkan hewan ini.
Dari cara perburuan
yang dilakukan manusia, yang paling membahayakan dan rawan untuk
keberlangsungan ekosistem ikan adalah overfishing,
yaitu penangkapan ikan secara berlebihan. Fenomena ini merupakan ancaman besar
bagi berbagai jenis ikan. Di Indonesia sendiri, fenomena overfishing terjadi karena disebabkan jumlah armada kapal perikanan
tangkap para nelayan Indonesia masih didominasi oleh kapal-kapal tradisional
yang mana konsentrasi penangkapan mereka hanya berada pada perairan tertentu
saja dan belum menjangkau perairan yang lebih jauh.
Akibat dari faktor
tersebut, akan terjadi ketidakseimbangan dalam memanfaatkan potensi-potensi
perairan laut, dimana konsentrasi nelayan masih pada sebatas perairan tertentu
hingga mengalami overfishing sedangkan potensi di wilayah peraian lain belum
dioptimalkan. Para nelayan tentu tidak bisa melaut lebih jauh sampai ke
samudera hanya dengan berbekal perahu tradisional. Dari fenomena overfishing ini dapat menyebabkan
berkurangnya bahkan punahnya spesies ikan yang ada di perairan tertentu.
Kebijakan
Pemerintah Terhadap Masyarat Pesisir
Dari berbagai
masalah-masalah perikanan dan kelautan yang dihadapi bangsa Indonesia ini
pastinya akan berdampak langsung pada masyarakat Indonesia, terutama pada
masyarakat pesisir yang sebagian besar masih berada pada garis kemiskinan.
Sebagai aktor utama dalam bidang ini sudah selayaknya kesejahteraan nelayan
menjadi perhatian utama bagi pemerintah yang selama ini masih sibuk mengurusi
bidang lain yang belum tentu arahnya.
Seiring berkurangnya
potensi laut yang sekarang ini terjadi, dikhawatirkan pula kondisi perekonomian
masyarakat pesisir juga mengalami penurunan, dan itu mempengaruhi dengan
kondisi kehidupan mereka yang semua serba terbatas semakin terbatas lagi dengan
kejadian ini. Padahal tidak semua nelayan Indonesia melakukan hal-hal yang
dapat merusak mata pencaharian mereka sendiri. Jadi pemerintah harus lebih
serius dalam menangani kondisi masyarakat yang sudah merelakan hidupnya untuk
mengarungi samudera ini. Beberapa langkah praktis yang telah dilakukan
pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir diantaranya :
- Meningkatkan
produksi kelautan dan perikanan dengan memberi bantuan peralatan melaut,
seperti kapal motor yang berukuran besar sehingga dapat memuat beberapa nelayan
dalam berlayar dan dapat menampung ikan lebih banyak lagi;
- Meningkatkan kemitraan kelembagaan
masyarakat pesisir dengan sumber permodalan, pemasaran, informasi, serta ilmu
pengetahuan dan teknologi.
- Pendampingan, hal ini dilakukan karena masyarakat
belum dapat berjalan sendiri karena tingkat penguasaan ilmu pengetahuan yang
rendah tingkat kepercayaan diri yang masih kurang. Jadi, peran pendamping
disini sangat penting guna mendampingi masyarakat dalam menjalankan aktivitas
usahanya.
Dari beberapa langkah tersebut
diharapkan kesejahteraan masyarakat pesisir yang selama ini dikenal masih
kekurangan dapat terangkat lebih baik lagi seperti profesi-profesi lain yang
ada di Indonesia sehingga kecemburuan sosial tidak akan terjadi. Selain itu,
diharapkan pula dengan semakin meningkatnya perhatian pemerintah terhadap
masyarakat pesisir semakin meningkat pula produktivitas masyarakat pesisir
sebagai produsen dalam memproduksi salah satu komoditi ekspor utama Indonesia
ini.
Komentar
Posting Komentar